JAKARTA - Pergerakan rupiah di perdagangan hari ini diperkirakan masih memiliki peluang yang cukup besar untuk terjadi penguatan. Namun Bank Indonesia (BI) sepertinya masih akan menjaga pergerakan rupiah agar tidak menguat terlalu cepat.
"Faktor-faktor yang mengendalikan rupiah masih bersifat positif baik di domestik maupun mancanegara. Namun BI masih akan menginginkan rupiah agar di kisaran Rp8.930-8.970 per USD," ujar analis valas dari PT Bank Himpunan Saudara Rully Nova saat dihubungi okezone di Jakarta, Rabu (13/10/2010).
Menurutnya, salah satu faktor positif di mancanegara adalah pasar sepertinya masih akan wait and see sambil menunggu kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/ The Fed).
"Karena walaupun suku bunga di AS masih rendah dan belum beranjak dari angka 0,25 persen dan spreadnya masih lebar, namun pasar nampaknya masih ragu terhadap pemulihan ekonomi AS. Karena data pengangguran yang dikeluarkan pemerintah AS Jumat kemarin sangat negatif. Dimana tingkat pengangguran masih diatas 9,5 persen. Dan angka itu buruk. Makanya pasar masih akan tunggu kebijakan The Fed apakah The Fed akan memberikan stimulus yang lebih besar dibandingkan sebelumnya," jelasnya.
Sementara itu, lanjutnya, isu perang mata uang dimana China menurunkan mata uangnya dibawah valuasi uang semestinya (undervalue) untuk menunjang ekspornya, menurut Rully, AS lebih berkepntingan menekan China untuk menaikkan nilai yuan-nya.
"Itu kepentingan AS sendiri, untuk memberikan tekanan terhadap China karena ekspor China saat ini sudah semakin kuat. Namun untuk pasar regional termasuk Indonesia, justru hal ini memberikan sinyal yang positif," tambahnya.
Sedangkan faktor positif di pasar domestik, lanjutnya, likuiditas di ekonomi di Indonesia saat ini masih sangat positif. Sehingga masih akan mampu menopang penguatan rupiah. "Di pembukaan perdagangan hari ini, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp8.920-8.940 per USD, Namun untuk sampai ke level Rp8.900 sepertinya masih berat karena BI pasti akan menjaga agar tidak terlalu volatile yang justru dinilai BI akan melemahkan nilai ekspor Indonesia," tukasnya.
Sementara itu, untuk perdagangan mata uang lainnya seperti euro dan dolar Asutralia terhadap dolar Amerika sepertinya masih akan terus menguat. "Euro dan dolar Australia sepertinya masih akan terus menguat terhadap dolar Amerika. Dan diperkirakan sampai dengan akhir tahun ekonomi AS masih lemah dan masih belum ada perubahan berarti," pungkasnya.(wdi)