MEMASUKI kawasan Taman Wisata Cibulan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat (Jabar), orang akan disambut dengan suasana damai khas kawasan pedesaan. Tempat yang teduh di bawah naungan pepohonan rindang dan udara yang sejuk, membuat siapa pun yang berkunjung merasa tenteram dan damai.
Angin berhembus semilir, membawa gemerisik suara daun-daun yang bergesekan dari gerumbul pepohonan lebat di sisi taman. Suara itu, dan suara kecipak air di dua kolam besar berbentuk persegi panjang seolah-olah menjadi satu-satunya suara yang terdengar di tempat itu.
Pemandangannya pun tidak kalah ajaib. Sesekali, guguran daun-daun yang sudah menguning tertiup angin dan bertaburan di permukaan air kolam yang berwarna hijau, memantulkan bayangan pepohonan. Dan di bawah permukaan air yang bening, puluhan ikan berwarna abu-abu kehitaman berenang ke sana ke mari. Itulah ikan kancra bodas (Cyprinus carpio), yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat dengan sebutan Ikan Dewa.
Semua pemandangan itu semakin membuat diri bagaikan menemukan pembebasan. Terutama bagi mereka yang setiap harinya dicekoki dengan kebisingan dan rutinitas kota.
Tentu saja, segala suasana dan pemandangan itu hanya bisa didapatkan pada saat Cibulan sepi pengunjung, yaitu pada hari-hari kerja, yang-sayangnya-sangat kecil kemungkinannya dapat dinikmati orang kebanyakan, kecuali mereka mengambil cuti. Karena pada hari-hari libur, terutama saat hari raya Lebaran, pengunjung bisa membludak hingga 3.000 orang per hari, berjubel di taman yang hanya berukuran luas sekitar dua hektar.
OBYEK wisata Cibulan terletak di Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jabar, sekitar 28 kilometer sebelah selatan Kota Cirebon atau 7 kilometer di utara Kota Kabupaten Kuningan. Lokasi kolam-kolam Cibulan terletak 300 meter masuk ke barat dari Jalan Raya Cirebon-Kuningan.
Jalan masuknya yang lebar sudah diaspal. Meski masih kasar, sudah cukup nyaman untuk dilewati kendaraan bermotor. Angkutan umum menuju salah satu tujuan wisata andalan di Kabupaten Kuningan tersebut juga sangat mudah didapatkan. Dari Cirebon, pengunjung dapat menumpang mobil angkutan umum jenis Elf, dengan tarif hanya berkisar Rp 2.000-Rp 2.500 per orang.
Cibulan merupakan salah satu obyek wisata tertua di Kuningan. Tempat tersebut diresmikan sebagai tempat rekreasi pertama kali pada hari Minggu, 27 Agustus 1939, oleh Bupati Kuningan waktu itu, RAA Mohamad Achmad.
Di dalamnya terdapat dua kolam besar berbentuk persegi panjang. Kolam pertama berukuran panjang 35 meter dan lebar 15 meter dengan kedalaman air sekitar 2 meter. Kolam kedua berukuran 45 x 15 meter persegi yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dengan kedalaman air 60 sentimeter dan bagian kedua dengan kedalaman air sekitar 120 sentimeter
Meski semuanya itu dihuni puluhan ikan-ikan kancra bodas berbagai ukuran, mulai dari yang sepanjang 20-an sentimeter hingga hampir 1 meter, kolam-kolam di Cibulan dibuka sebagai kolam pemandian umum. Tempat rekreasi itu dilengkapi dengan fasilitas khas tempat pemandian, seperti tempat ganti pakaian, tempat bilas, dan kamar mandi/WC. "Kami menyediakan 30 kamar ganti, 6 kamar kecil, dan 2 kamar mandi untuk tempat bilas seusai berenang di kolam," kata Pimpinan Pengelola Obyek Wisata Cibulan, Sulaeman NS Slamet
Cibulan merupakan salah satu dari empat tempat rekreasi sejenis di Kuningan. Tiga tempat lainnya adalah Kolam Linggarjati di kompleks Taman Linggarjati Indah, Kecamatan Cilimus; Kolam Cigugur, di Kecamatan Cigugur; dan Kolam Darma Loka di Kecamatan Darma. Semuanya memiliki kolam-kolam yang dihuni ikan keramat kancra bodas, tetapi hanya Cibulan yang dimanfaatkan sebagai kolam renang umum.
Keistimewaan lain yang dimiliki Cibulan adalah keberadaan tujuh mata air yang dikeramatkan bernama Keramat Sumur Tujuh di sudut barat obyek wisata tersebut. Tujuh mata air berbentuk kolam-kolam kecil itu bernama Sumur Kejayaan, Sumur Kemulyaan, Sumur Pangabulan, Sumur Cirancana, Sumur Cisadane, Sumur Kemudahan, dan Sumur Keselamatan.
Tujuh mata air itu terletak mengelilingi sebuah petilasan keramat Prabu Siliwangi berupa
susunan batu seperti batu menhir dan dua patung harimau loreng, lambang kebesaran Raja Agung Pajajaran tersebut. Menurut Warga, petilasan tersebut sering dikunjungi orang, terutama pada malam Jumat Kliwon atau selama bulan Maulud dalam penanggalan Hijriah. Mereka berziarah dan memohon keberhasilan dalam hidupnya. "Bagi yang percaya, air di tujuh sumur keramat itu membawa berkah dan dapat mengabulkan permohonan mereka. Beberapa pejabat tinggi negara sering datang ke tempat ini," tuturnya
Tujuh sumur keramat tersebut tetap mengeluarkan air yang bersih, bening, dan sejuk, meskipun pada musim kemarau panjang seperti tahun ini. Sulaeman mengatakan, air di Cibulan selalu melimpah, baik pada musim hujan maupun kemarau. Itulah sebabnya, selain sebagai tempat rekreasi, Cibulan juga dijadikan sebagai sumber air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kuningan dan dimanfaatkan Pertamina untuk memasok kebutuhan air bersih di dua kompleks miliknya, yaitu Padang Golf Ciperna di Kota Cirebon, dan Kantor Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH JBB) di Klayan, Kabupaten Cirebon.
CIBULAN sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah Desa Manis Kidul. Menurut Sekretaris Desa Manis Kidul Engkus Kusnadi, pendapatan kotor dari Obyek Wisata Cibulan tiap minggunya rata-rata mencapai Rp 1,5 juta. Uang sebesar itu didapat dari penjualan tiket masuk seharga Rp 2.000 untuk orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak.
Jumlah tersebut bisa mencapai Rp 50 juta per minggu pada masa puncak kunjungan pelancong, yaitu selama Lebaran. "Selama Lebaran, harga tiket kami naikkan menjadi Rp 3.000 untuk orang dewasa dan Rp 1.500 untuk anak-anak," papar Engkus.
Lonjakan pendapatan itu dimungkinkan, karena pada masa Lebaran jumlah pengunjung Cibulan bisa naik puluhan kali lipat dibanding hari-hari biasa. "Hari-hari biasa pengunjung tempat ini berkisar 50-100 orang per hari, tetapi pada saat Lebaran bisa mencapai 3.000 per hari," tutur Sulaeman.
Kolam Cibulan juga menjadi sumber pendapatan bagi penduduk Desa Manis Kidul dengan menjadi pedagang asongan atau membuka warung makan di sekitar tempat itu. Menurut Sulaeman, saat ini terdaftar 20 warung permanen di luar kompleks kolam dan 14 pedagang asongan resmi yang diizinkan berjualan di dalam kompleks kolam. Mereka kebanyakan menjual minuman ringan dan makanan kecil serta makanan ikan berupa kacang atom.
Terlepas dari manfaat yang sudah dapat dipetik oleh masyarakat setempat, kolam Cibulan masih menyimpan potensi sangat besar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang benar-benar representatif dan layak dijual. Selama ini, pengelolaan Cibulan terkesan asal-asalan tanpa ada pengembangan berarti.
Hal tersebut diakui, baik oleh Sulaeman maupun Engkus. Menurut Engkus, luas total lahan yang termasuk dalam kawasan wisata Cibulan mencapai 5 hektar lebih. Namun, sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini, yang dimanfaatkan untuk obyek wisata baru sekitar 2 hektar.
Sulaeman mengatakan, saat ini pihaknya sedang mencoba mengubah sebidang empang di sudut barat daya taman rekreasi Cibulan menjadi kolam yang akan diisi sarana permainan anak seperti sepeda air. Engkus menambahkan, selain sepeda air, juga direncanakan untuk membuat kolam renang standar nasional, akuarium raksasa, dan kolam pemancingan ikan
"Tetapi, semua itu terbentur kendala kurangnya dana. Maklum, kami masih menerapkan sistem manajemen tradisional. Kami masih menunggu investor untuk ikut mengembangkan Cibulan," ucap Engkus. (Dahono Fitrianto) (http://www.kompas.com)